Aku telah menyadari kekhilafan ku selama ini, aku akan berusaha melupakan masa lalu untuk melanjutkan semuanya.
~OoO~
Disinilah Dira berada sekarang, di sebuah kamar tidur yang nyaman. Dengan warna cat yang senada, yaitu biru langit yang menghiasi setiap ornamen yang ada di kamar itu, serta hiasan dinding yang selalu tertata rapi, membuat siapa saja yang telah berada di dalam kamar itu pasti enggan untuk meninggalkan tempat yang senyaman itu.
Masih di atas ranjangnya, Dira masih tertidur pulas, karena semalam ia memang susah untuk memejamkan matanya. Sampai suara jam alarm miliknya berbunyi yang langsung membuatnya bangun dari mimpi indahnya.
Kringgg... Kringgg.... Kringgg...
"Berisik." kata Dira mematikan alarm yang telah membangunkannya.
Dengan langkah malas, Dira bangkit dari tempat tidurnya itu dan langsung menuju kamar mandi.
Toktoktok...
terdengar suara ketukan bi Yati dari luar pintu kamar Dira."Non udah siang ni, bangun."
"Iya bi, Dira udah bangun kok." terdengar sahutan Dira dari dalam kamar mandi.
•••••••
Setelah Dira telah lengkap dengan seragam sekolah kebanggaannya, ia pun menuruni anak tangga untuk pergi sarapan. Terlihat Bibi Yati yang tengah menyiapkan sarapan untuk Dira.
"Ini, non sarapannya." kata bibi yang telah melihat Dira telah turun dari kamarnya.
"Mama mana bi?" tanya Dira kepada bi Yati, karena ia tidak melihat keberadaan sang mama yang biasanya selalu menemaninya di meja makan.
"Nyonya, udah pergi ke kantor non dari pagi tadi." jawab bi Yati
'Tumben mama udah pergi ke kantor, apa mama bener-bener mengikuti perkataanku kemarin. Oh tuhan maafkan aku, yang telah membuat mama sedih karena semua perbuatanku'
"Non Dira." ucap bi Yati mengagetkan, karena ia melihat Dira melamun.
"Bibi kenapa sih? Ngagetin Dira aja."
"Non yang kenapa, bibi lihat muka non kok sedih gitu. Non tau nggak muka kayak non itu, persis kayak ayam tetangga sebelah yang mati kemaren." kata bi Yati yang berusaha membuat Dira tertawa, namun tidak berhasil, karena memang lelucon bi Yati itu sedikit receh.
"Dira gpp kok bi, Dira langsung berangkat yah bi assalamualaikum." pamit Dira kepada asisten rumah tangga yang telah lama bekerja dirumahnya itu.
"Waalaikumsalam non, hati-hati ya non." kata bi Yati sebelum Dira telah benar-benar pergi. Bi Yati telah lama bekerja di rumah Dira, bahkan permasalahan penyebab mama dan papanya Dira berpisah pun bi Yati juga tau. Bi Yati telah menganggap Dira sebagai anak kandungnya sendiri, oleh karena itu bi Yati sangat sayang kepada Dira.
~~~~~~
Dira telah sampai di sekolah kebanggaannya. Dengan langkah yang tidak terlalu bersemangat, Dira melangkahkan kakinya masuk ke dalam wilayah SMA Theressya.
'Mama maafin Dira," batin Dira
"Dira janji nggak bakal marah lagi sama mama, Dira tau kalo selama ini Dira udah salah ma, maafin Dira." ucap Dira yang masih berjalan di koridor sekolah.
•••••••
Teeettt.... Teetttt... Teetttt
Terdengar suara bel masuk yang telah dibunyikan oleh guru piket, suara keras itu mampu membuat Dira menjadi sedikit bersemangat untuk lari menuju kelasnya yang berada di ujung sana.
"Uhh akhirnya.."ucap Dira yang telah berada di dalam kelas.
Sambil terus mengatur nafasnya, Dira langsung menuju tempat duduknya.
"Uwaa gue capek banget." gerutu Dira. Kelas Dira emang berada di paling ujung, jadi kalau ia harus berlari itu sangat banyak menguras tenaga.
"Muka lo merah banget Dir, lo habis ngapain?" tanya Agnes sok polos. Padahal ia dari tadi ketawa melihat penderitaan sahabatnya itu yang harus bekerja keras berlari dari koridor sekolah untuk sampai ke kelas.
"Kenapa sih kelas kita tu harus ada di barisan paling ujung?" tanya Dira dengan nafas yang telah stabil.
"Mana gue tau, tanya aja tuh ama kepala sekolah." Jawab Agnes asal.
"Lo yah nes, lo harus tau dong. Lo kan pinter." Dira bangkit dari kursinya.
"Makasih lo udah bilang gue pinter, tapi nggak semua hal gue tau lol, asal lo tau pertanyaan lo itu lebih sulit daripada ulangan Fisika kita kemarin.
"Apa? kita kemarin ulangan. Ya ampun gue ketinggalan dong." ucap Dira sambil menunjukkan muka kesalnya.
"Ya udah selow aja, kan nanti bisa nyusul." Agnes menarik tangan Dira untuk kembali duduk ke kursinya, karena ia telah melihat bu Nila tengah menuju kelas mereka.
•••••••
"Proposal adalah kegiatan yang dibuat untuk satu kegiatan dalam jangka waktu yang pendek...... " Bu Nila masih menjelaskan materi tentang Proposal yang menurut anak-anak membosankan. Bagaimana tidak membosankan, materi tentang itu telah di berikan nya selama 2 pertemuan terakhir. Ini berarti pertemuan yang ke 3 buat anak-anak 12 ipa 1 untuk membahas materi itu.
"Bosen banget yah," ucap Agnes dengan suara yang hampir tidak terdengar, karena ia tak mau ucapannya terdengar oleh bu Nila. Asal kalian semua tau Indra pendengaran Bu Nila itu sangat tajam. Sangking tajamnya, hembusan nafas saja bisa terdengar olehnya.
"Dir, lo serius banget si ngeliatin Bu Nila nya." kata Agnes yang melihat Dira terlalu fokus melihat ke depan.
Ucapan Agnes tidak ditanggapi oleh Dira, ia masih fokus ke depan, dia fokus ke depan bukan karena ia memperhatikan materi yang diberikan oleh bu Nila, tapi ia sedang fokus memikirkan sifatnya yang selama ini telah ia lakukan terhadap sang mama.
"Nes, gue udah mau minta maaf. Tapi sepertinya, mama gue menghindar dari gue." Dira mulai bicara walaupun suaranya tidak terlalu terdengar.
"Gue kirain lo dari tadi memperhatiin bu Nila, sampe-sampe gue bicara aja lo cuekin," mereka saling berbisik, dan obrolan mereka mulai serius.
"Mungkin lo yang terlalu baper Dir, mungkin aja emang mama lo ada urusan penting, jadinya ia harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali." Ucap Agnes setelah mendengar keluhan dari Dira.
"Tapi, gue yakin ini beneran Nes." kekeh Dira.
"Sepulang sekolah nanti, pasti kan mama lo udah pulang. Lo langsung aja katakan apa yang ingin lo katakan, jangan ditunda-tunda lagi." jelas Agnes.
"Ehemmm..." tiba-tiba terdengar batuk dari bu Nila yang keliatannya berpura-pura, seperti nya itu adalah kode yang ia berikan sebagai tanda agar Dira dan Agnes berhenti mengobrol. Kode dari bu Nila itu pun langsung dimengerti oleh Dira dan Agnes.
"Iyaiya, gue nggak bakal melewatkan kesempatan itu." kata Dira menutup pembicaraan. Dan mereka pun langsung memperhatikan bu Nila setelah mereka tau tanda peringatan dari kode yang bu Nila tadi berikan.
~~~~~~
"Nes, gue pulang dulu yah." ucap Dira setelah selesai memasukkan semua buku pelajarannya ke dalam tas.
"Oke, sana gih pulang." suruh Agnes yang masih mencatat materi yang belum selesai ia catat.
"Jangan Kangen yah Nes, gue tau lo nggak akan kuat. Biar gue saja ahaha." tawa Dira terdengar sebelum ia keluar pintu kelas.
"Emang lo pikir lo dilan ah." Agnes menanggapi ucapan Dira dengan sedikit mengejek.
"Bukan, gue bukan Dilan. Gue Aldira Ramadhita, pacar baru nya Dilan." Dira memutar badannya lalu tersenyum sinis ke arah Agnes.
Dira yang telah ingat tujuannya pun langsung menyudahi obrolan yang sedikit tidak berfaedah ini," Kok gue jadi menghayal tingkat dewa kek gini yah? Ya udah gue pulang yah."
Dira melangkahkan kakinya keluar pintu kelas meninggalkan sahabatnya Agnes yang masih mencatat. Tiba-tiba Dira menghentikan langkahnya.
Sepertinya ada yang ingin Dira katakan kepada Agnes. Benar saja ia pun kembali ke kelasnya," Nes." panggil Dira.
Agnes yang masih sibuk mencatat pun, heran melihat sahabatnya kembali lagi," Ada apa Dir, ada yang ketinggalan?" tanya Agnes.
"Nggak ada."
"Jadi???"tanya Agnes langsung memberhentikan kegiatannya sebentar.
"Sepertinya ada yang penting." pikir Agnes.
"Gue mau bilang..." Dira menghentikan ucapannya.
Agnes yang semakin penasaran, langsung bangkit dari kursinya untuk mendekati sahabatnya," lo mau bilang apa Dir?" tanya Agnes serius.
Gue..
Cuma...
Mau....
Bilang...
"Bilang apa Dir, lo kenapa sih. Klo mau bilang yah bilang aja."
"Inget kata..." Dira menjeda ucapannya yang membuat Agnes semakin penasaran.
"Kata siapa?" tanya Agnes sekali lagi, sambil memegang lengan Dira.
"Kata...
•
•
•
•
•
•
•
•
•DILAN,
KALO RINDU ITU BERAT. Wkwkwkwk"
"Anjay lo Dir, gue kira lo mau bilang apaan."
"Wkwk, gue seneng banget buat lo penasaran Nes." tawa Dira semakin kuat, karena ia berhasil menjalankan rencana jail nya itu.
"Serah lo deh Dir," ucap Agnes pasrah. Sahabatnya memang hobi bercanda seperti ini. Tapi ia senang sifat asli sahabatnya perlahan-lahan mulai kembali.
"Gue harap lo bisa seutuhnya menjadi Dira yang dulu gue kenal." ucap Agnes dalam hati. Dan mereka berdua pun pulang bersama.
******
Hallo readers, gimana kelanjutan part nya semoga masih kalian tunggu yah 😊
Biasakan tinggalkan jejak ya, karena vote and coment dari kalian semua sangat berarti bagi author:)Terima kasih😇
•
•
•
•28/04/2018