1 - ReTouching

752 80 20
                                    

Please play the song (Eric Nam - Miss You) when you're reading this chapter for a better feeling

Juli 2017

"Ayo jalan!"

"Hei, kamu, jangan lari!"

"Nametag kamu jelek, bikin lagi"

"Kamu jelek, besok ganti mukanya"

"Jalan yang cepat!"

"Kalau ada panitia itu nunduk dulu!

"Hei, kamu!"

Kalimat itu berkeliaran diatas kepalaku. Menggelikan. Semua terdengar sarkastik dan fanatik. Bagaimana bisa mereka seenak jidatnya memerintahkan kami yang notabennya adalah pendatang baru di jenjang pendidikan perguruan tinggi. Pft. Sungguh, masa pengenalan kampus dengan citra semacam ini adalah salah satu hal yang masuk dalam Daftar Hal Yang Kubenci Sepanjang Hidupku.

"Hai, gue Gea. Lo?" Dari penampilannya si 'Gea' ini memiliki kemauan bersosialisasi yang mumpuni. Aku mewanti-wanti diriku sendiri dalam mencari teman. Bisa saja dia menusukku dari belakang atau hanya mencari follower instagram.

"Oh, hai. gue Abre. Manajemen 2017. Lo?" Bagus Abre, bagus. Akhirnya kamu bisa menjawab pertanyaan darinya tanpa nada sinis dan tanda seru. Sebuah kemajuan yang luar biasa.

"Gue Teknik Mesin 2017."

"Wow, keren. Kan jarang tuh perempuan masuk mesin." Oke ini mungkin akan menjadi kalimat penutup dari adegan 'membuang waktu'mu Abre

"Hehe, nggak juga. Gue cuma beruntung aja bisa masuk jurusan ini."

"Oh." Aku sungguh tak tahu lagi bagaimana menanggapi kicauan dari Gea. Terkutuklah Abre dengan segala tindakan acuh tak acuhnya.

"Adik-adik, tolong ikuti kakak bertopi merah muda di depan itu ya sampai ke Gedung Teknik Mesin. Kita akan memulai kegiatan masa pengenalan kampus dari sana" seru salah seorang panitia bertubuh gempal yang sedang bersandar di bawah pohon.

Dan aku serta beberapa orang lainnya hanya bisa menjawab "Baik, Kak!"

Gedung Teknik Mesin terletak di sayap kanan dari Fakultas Teknik. Relatif menjadi gedung yang paling dekat dengan lapangan tempat para mahasiswa baru berkumpul. Ketika sampai disana, praktis banyak ocehan tak berguna dari para lelaki yang mendominasi di gedung ini. Aku tetap tak bisa maklum walaupun aku tahu mereka melakukan itu karena keberadaan wanita di gedung ini adalah hal yang amat langka.

"Sam, please ya. Itu mulutnya kendaliin. Masih mahasiswa baru ini." Ujar salah satu dari banyak kakak bertopi merah muda yang ternyata merupakan panitia yang berjaga di gedung ini.

"Woles dong, Kam. Ada pacar lo ya disini?" Tanya salah satu mahasiswa yang berambut panjang nan lurus. Cih, dasar Syahrini.

"Mantan." Wah, kerad* juga kakak panitia berinisial Kam ini. Sayang parasnya tak terlihat karena topi merah muda itu menutupi sebagian wajahnya.

Jam berderang dua belas kali. Ini berarti sesi pertama dari kegiatan menjemukan ini telah berakhir. Akhirnya. Pemateri yang tengah berjalan menuju luar ruangan itu pun mempercepat langkahnya karena lantangnya soraka mahasiswa menyambut kebebasan temporer yang telah diberikan.

"Bre, mau makan nggak?" Tanya Gea. Ya, singkat cerita aku dengan Gea telah melakukan perjanjian secara tersirat dan menjadi sepasang teman baru. Sekian.

"Nggak deh, gue mau ke toilet aja. Udah nahan dari tadi" Jawabku seraya berjalan cepat menuju pintu keluar.

"Bre! Abre! Woi, Bre!"

"Kenapa, sih? Gue udah sampai depan pintu masih lo teriakin aja" Perlahan, Gea berjalan ke arahku kemudian membisikkan kalimat sakti yang membuatku tersedak salivaku sendiri,

"Lo tembus, Bre. Bego banget sih nggak hafal tanggal sendiri. Untung nggak ada yang di ruangan"

"Mampus, gue lupa Ge, sumpah. Izinin kating ya, please. Gue mau ke panitia di Health Center sebentar"

"Oke. Hati-hati, Bre. Tutupin dulu pake tas lo, tuh" Ujar Gea sembari meletakkan tas punggungku di dekapanku.

"Duluan ya, Ge. Thank you, jangan lupa izinin gue"

Aku melangkahkan kaki dengan begitu tergesa tanpa memikirkan bahwa Gea akan membawaku pada kesialan yang berikutnya.

Sesampainya di Health Center, segerombolan panitia 'nganggur' yang tengah membersihkan salah satu bed langsung memberondongku dengan berbagai pertanyaan. Biar dikira ada kerjaan ya, Kak. Cih.

"Nggak apa apa, Kak. Udah biasa kok saya kalau bulanan selalu kaya gini. Nggak usah dipanggilin dokter. Saya izin tidur disini saja ya, Kak."

"Kalau ada apa apa bilang ya, Dek." Ujar salah satu kakak bertopi merah muda yang menguncir rambutnya ekor kuda.

"Iya, Kak. Terima kasih banyak, ya. Saya mau tiduran aja. Nanti kalau sudah mendingan, saya lapor Kakak." Bukan, bukan maksudku untuk mengusir kakak ini, aku hanya ingin membuatnya jengah dan segera menjauh dari bed yang kupakai.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Satu jam.

Dua jam.

Mentari sudah menantang di atas kepala dan aku masih bergulat dengan rasa sakit di perutku. Ya, Abre. Anggap saja ini adalah karmamu karena menjadi manusia terus berceloteh sejak tadi pagi.

"Abre, ini kiranti." Tutur seseorang dengan suara familiar dari balik punggungku, sebab, sedari tadi aku memiringkan tubuhku ke arah dinding.

"Terima ka... aama?"

"Diminum. Jangan sakit-sakit lagi pas ospek"

Ya Tuhan.

Kesialan bertubi tubi tubi tubi.

Bagaimana bisa satu-satunya manusia yang masuk dalam Daftar Hal Yang Kubenci Sepanjang Hidupku kini tengah menyodorkan minuman pereda nyeri tepat di hadapanku? Ya Tuhan, permainan apa lagi yang ingin Kau tujukan untukku?

"Kalau udah sembuh langsung balik ke ruangan. Nggak usah manja."

Aku dan kamu adalah koma, enggan berakhir sebelum titik. - Kama

tbc

Yey kita update lagi, efek samping melihat babang eunwoo yang soo softtt di MV Urban Zakapa You're The Reason jadi halu berkepanjangan

Kalian udah pada nonton belom? wdyt?

Untuk chapt selanjutnya 'mungkin' bakal up minggu depan yaaa

Dan yang nunggu Ong mohon bersabar, doi akan keluar pada waktunya

Dan yang nunggu Ong mohon bersabar, doi akan keluar pada waktunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BAYANGIN MEREKA NYAYI BARENGAN

EllipsismWhere stories live. Discover now