Chapter 3

6 1 0
                                    


Hari ini hari rabu yang mana ekskul basket latihan. Jeje melakukan aktivitas biasanya untuk memandang salah satu laki-laki yang ia suka sejak masa orientasi sekolah tepatnya 3 tahun yang lalu. Mario. Cowok dengan perawakan tinggi dan alis tebal.

Saat itu matahari bersinar terik. Karena suatu kesalahan para peserta mos sedang dijemur di bawah panasnya matahari.

"Kalian tahu apa yang kalian lakukan?" kakak osis bicara sinis.

Peserta MOS hanya diam tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang kakak osis. Diantaranya ada yang sudah tak tahan dengan panasnya matahari dengan mengibas-ngibaskan tangan.

"Kalo saya nanya jawab!" Kakak osis itu membentak dengan muka garang.

"YA KAK" ucap mereka bersamaan.

"Masih peserta mos aja ga ada sopan santun sama sekali. Gimana udah jadi murid resmi kali. Mau jadi apa sih kalian? Preman?"

"Engga kak"

"Heh gausah jawab ya!"

"Dih, gimana sih tadi suruh jawab, sekarang bagian dijawab malah marah-marah" Cowok di sebelah Jeje ngedumel setengah berbisik. . Dalam hati Jeje ikut membenarkan.

Jeje menoleh ke samping. Ya, cowok disampingnya itu Mario. Semenjak saat itu Jeje jatuh hati dengan Mario.

Awalnya Jeje kira dia hanya sebatas kagum dengan Mario, karena Jeje tidak percaya dengan yang namanya love at the first sight tapi lama kelamaan rasa suka Jeje terhadap Mario semakin besar. Jeje berusaha menyangkal itu tapi hatinya berkata lain.

Tidak ada yang tahu bahwa Jeje menyukai Mario. Dia merahasiakannya dari siapapun termasuk Ratna. Hanya Tuhan dan Jeje yang tahu seberapa besar rasa suka Jeje terhadap Mario . Cukup memandang Mario dari jauh saja sudah membuat Jeje bahagia.

Dan disinilah Jeje sekarang, di tribun penonton sambil memandang Mario yang sedang melakukan dribble. Mario mengusap rambutnya ke belakang membuat Jeje menelan ludah.

'Duh Mario, kenapa seksi banget sih' ucap Jeje dalam hati.

Mario melakukan lay up dan masuk ke dalalm ring. Jeje hampir memekik. 'Je, tahan. Jangan kayak orang bego'

Setelah Mario melakukan lay up, dia berlari menuju tas hitam yang terletak di samping lapangan.

Jeje melirik arlojinya, sekarang pukul 16:39 yang artinya ekskul basket sudah selesai. Terlihat Mario di samping lapangan menenggak air mineral dan keluar meninggalkan lapangan diikuti yang lainnya.

Jeje membereskan barangnya dan turun dari tribun penonton untuk pulang. Jeje bergegas menuju halte tapi saat melewati koridor kelas 12 dia bertemu Ratna.

"JEJE" Ratna berlari ke arah Jeje.

"Lo ngapain sore-sore begini belum pulang?" ujar Ratna.

"Ada urusan, lo sendiri kenapa belum pulang?

"Biasa, kerja kelompok prakarya. Kelompok lo udah selesai?"

"Udah"

"Ooh"

"Iya"

"Je, lo pulang naik bus kan? Bareng dong"

"Emangnya lo gak dijemput?"

"Supir gue lagi pulang kampung, jadi ya..gue harus pulang pergi sekolah sendiri"

"Ooh" Jeje menganggukan kepalanya.

"Itung-itung pengalaman soalnya gue belum pernah naik bus"

"Hah? Belum pernah sama sekali?"

"Pernah sih pas study tour SMP, tapi kan beda lohh. Gimana sih ngomongnya"

"Iya-iya gue ngerti"

Keduanya berjalan menuju halte tapi tiba-tiba ada seorang cowok memanggil Ratna.

"Ratna!" cowok itu menghampiri mereka.

Ratna dan Jeje berbalik. Cowok yang menghampiri mereka ternyata Rendi teman kelas mereka.

"Apa?"

"Pulang bareng gue yuk"

"Gabisa, gue udah sama Jeje" Ratna melirik Jeje disampingnya.

"Plis, Na kali ini aja" Rendi memohon.

"Kan gue udah bilang kalo gue udah sama Jeje"

Sudah rahasia umum kalau Rendi menyukai Ratna. Setiap hari di kelas pun Rendi mendekati Ratna walaupun ujung-ujungnya selalu mendapat respon buruk. Tapi perjuangan Rendi patut diacungi jempol pasalnya sudah ditolak berkali-kali oleh Ratna, Rendi tidak pernah menyerah untuk memenangkan hati Ratna.

"Je, Ratna pulang sama gue ya? Plis" Rendi beralih ke Jeje.

Jeje menganggukan kepalanya.

" ASIKK, Makasih Jennita" Ujar Rendi senang.

"Je, kok lo gitu sih?"

"Kasian tuh Rendi, kasih kesempatan kek sekali-kali"

"Ck" Ratna berdecak.

"Tuh Jennita udah bilang iya. Sekarang lo pulang sama gue" Rendi menarik tangan Ratna.

"Eeeeh ga usah pegang-pegang" Ratna menghempaskan tangan Rendi.

"Oke" Ucap Rendi.

"Je, gue duluan ya. Maaf, gue gabisa pulang bareng lo"

"Gapapa kali, santai aja"

Rendi dan Ratna pergi meninggalkan Jeje. Jeje hanya tersenyum melihat keduanya. Akhirnya perlahan Ratna memberi kesempatan kepada Rendi walupun hanya sebatas mengantar pulang.

Apakah Jeje bisa seperti Rendi yang sudah lama berjuang akhirnya diberikan titik terang? Jeje hanya mengedikkan bahu.

***

Jeje baru selesai mandi. Tetes-tetes air jatuh ke lantai yang berasal dari rambutnya. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk.

ting

Jeje menghampiri ponselnya yang berbunyi. Ada satu notifikasi instagram disana.

@mariosamudra sent you a message.

Jeje membulatkan matanya, ini Mario? Mario kelas 12 IPS 2? Mario anak basket itu? Mario yang selama ini ia suka?

Jeje memekik girang. Mario mengiriminya direct message dan Jeje loncat-loncat bahagia. Dia sudah terlampau geer dengan Mario yang mengiriminya DM tanpa tahu apa isi pesannya.

Jeje dan Mario saling mengikuti di instagram. Waktu itu Jeje men-stalk instagram Mario, dan tidak sengaja terpencet tombol love. Jeje yang ketar-ketir saat itu memilih untuk me-love semua postingan Mario agar tidak ketahuan kalau Jeje sedang mencari tahu perihal Mario. Supaya terlihat natural, Jeje mengiriminya DM dan minta followback dan siapa sangka Mario ternyata memgikuti balik Jeje. Kejadian tersebut sampai sekarang masih membekas di hati Jeje.

Jeje sudah membayangkan yang tidak-tidak. Banyak pertanyaan berkecamuk di pikirannya.

Apakah Mario akan mendekatinya?

Apakah mereka akan pacaran?

Apakah Mario selama ini tahu kalau Jeje suka padanya?

Dengan tangan gemetar Jeje membuka direct message tersebut dan ternyata pesannya tidak sesuai bayangan Jeje.

@mariosamudra commented your instastory.

Yang lagi makan siapa ya namanya? Bagi IG-nya dong?

Jantung Jeje rasanya ingin copot sekarang juga.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 21, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LongitudinalWhere stories live. Discover now