5. Lemon Soda

4.8K 542 12
                                    

"I still remember you as a little girl who overwaters plants because she doesn't know when to stop giving."

-Trista Mateer-

.

.

.

Niken memegang champagne flute-nya sambil menatap langit.

Malam itu adalah malam launching produk kosmetik Bon-Bon. Tentu saja Niken menjadi bintang di malam itu. Bahkan ketika datang dan keluar dari mobil bersama Sofie, banyak wartawan yang datang mengerumuninya. Untuk sesaat, Niken merasa perutnya mual. Kepalanya mengingat sebuah kejadian di masa lalu yang sejak saat itu menjadi trauma besar untuknya. Untungnya keadaan itu tidak berlangsung lama karena Sofie langsung menariknya masuk ke dalam gedung. Niken menarik napasnya dalam-dalam dan berusaha mengendalikan dirinya.

Selama satu jam, Niken dikenalkan dengan orang-orang penting di pesta itu. Gina memperkenalkannya dengan puluhan orang yang kemudian menyerahkan kartu namanya pada Niken. Sementara gadis itu berusaha berbaur dan memberi senyum. Di clutch-nya kini terdapat kurang lebih tujuh kartu nama dari para tamu undangan. Semuanya menawarkan Niken untuk naik ke tempat yang lebih tinggi. Lebih terkenal dan lebih bersinar. Semua hal yang diinginkan oleh ibu Niken di masa lalu.

Tapi gadis itu tahu kalau masa itu sudah berlalu. Niken juga sudah merasa penat karena dia harus berjalan ke berbagai arah dalam heels dua belas sentimeternya. Itulah alasan kenapa dia permisi kepada Gina untuk mengambil udara segar. Di sinilah dia sekarang, di balkon gedung yang sepi sambil menatap bulan dan bintang malam. Meskipun udara dingin menerpa tubuhnya yang hari ini memakai gaun panjang dengan bagian belakang yang terbuka, dia tidak peduli.

Niken menatap cairan champagne di dalam gelasnya. Jika saja situasinya dan Leon masih sama seperti dulu, laki-laki itu sudah pasti akan menyempatkan diri untuk datang ke acara ini. Leon pasti sudah peka kalau Niken butuh udara segar. Karena sebenarnya pesta bukanlah acara favorit Niken dan Leon tahu itu. Jika mereka berdua datang bersama, sudah pasti saat ini Niken tidak berdiri sendirian di balkon. Sayangnya, Niken harus menelan kenyataan pahit bahwa Leon bahkan tidak berusaha menghubunginya selama seminggu ini.

Menghindari perasaan kecewa, Niken tenggelam dalam pekerjaannya. Dia bahkan mengambil dua pekerjaan sekaligus dalam satu hari. Bahkan hari ini sebelum dia pergi untuk pesta, dia baru saja kembali dari kliennya. Niken memilih untuk menyibukkan diri daripada menertawakan kemalangannya. Salahnya sendiri yang mempunyai harapan lebih pada hubungan mereka. Mungkin seharusnya memang mereka hanya berteman dan Niken tidak usah menuntut lebih. Jika saja Leon berusaha menemuinya dan meminta maaf, Niken mungkin akan menganggapnya kembali seperti teman.

Tapi mungkin tidak sedekat dulu. Niken bukan tipe perempuan yang pandai mengendalikan perasaannya sendiri. Dibandingkan dengan Zoya yang mampu berteman dengan orang-orang yang menyakitinya, Niken lebih sering mengeliminasi orang-orang di sekitarnya. Karena hati Niken memang tidak sekuat Zoya. Niken adalah tipe perempuan ekspresif, perasaan apapun yang dia rasakan bisa tergambar jelas di wajahnya. Dia tidak ingin membuat orang lain merasa bersalah karena Niken sulit menyembunyikan perasaannya. Niken lebih memilih untuk mengusir orang itu dari hidupnya.

"Kamu sendirian?"

Niken menoleh ke belakang dengan cepat. Matanya bertemu dengan seorang laki-laki muda yang tadi diperkenalkan oleh Gina. Niken bahkan tidak mengingat namanya karena banyaknya orang baru yang diperkenalkan oleh Gina. Laki-laki itu tersenyum padanya sambil bergerak mendekat. Dia berdiri di samping Niken kemudian ikut menatap ke arah langit.

Affogato (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang