Bab 4 : Takut ketinggian (part 1)

50 8 0
                                    



Aku mencoba tidak mempedulikan Leon lagi. Aku bangun dan mempersilahkan nenek itu untuk duduk. Dia tersenyum ke arahku, dan kubalas senyumannya sambil mengangguk sopan. Tapi rasa tenang setelah berbuat baik itu hilang seketika. Ketika melihat Leon ikut bangun dari tempat duduknya.

"INI ANAK MAUNYA APA SIH??" pikirku.

Aku langsung berjalan pergi meninggalkannya. Tapi dia menegurku, "Eh mau kemana?" Mau loncat dari tower, jawabku dalam hati. Aku sudah terlalu jengkel dengannya jadi kutinggalkan dia begitu saja.

Karena terlalu banyak berjalan, sekarang aku kehausan. Aku mencoba mengobok-obok isi tasku, tapi hasilnya nihil. Duh, kenapa tadi gak sekalian beli minum ya, kan jauh kalo harus ke bawah lagi.

Loh, itu kan perempuan manis yang di kereta. Ini emang kereta yang aku naiki tadi adalah kereta study tour ke Museum angkut atau kota Malang isinya museum angkut doang sih? Kok mantan pengguna kereta tadi jadi pada reunian di sini?

Bukan berniat modus atau apa nih, tapi memang karena aku sangat haus, jadi aku memberanikan diri untuk mencoba bertanya kepadanya.

"Permisi mba." Baru menyapa sepatah kata, dia langsung terkejut melihatku. Lagi-lagi, mata penuh rasa takut dan memandang aneh seseorang itu muncul. Aku benci sekali kalau ada orang menatapku seperti itu.

"Mau apa kamu?!? Jangan macem-macem aku bisa teriak nih!" Ancamnya sedikit panik.

Aku bingung kenapa dia tiba-tiba seperti ini. Padahal aku tidak pernah melakukan sesuatu yang aneh, setidaknya tidak di depannya. Satu-satunya insiden yang mungkin membuatnya takut adalah ketika aku ditodong pisau oleh preman itu di kereta. Itupun aku yang menjadi korbannya, kenapa dia harus takut kepadaku?

"Tenang dulu mba tenang, Saya cuma mau minta minum kok. Boleh ga?" Tanyaku berusaha sopan agar tidak membuatnya tambah panik. Untuk beberapa saat mata ketakutannya itu tidak hilang, dia tetap menatapku dengan was-was. Tapi karena aku juga hanya bisa terdiam dan menatapnya balik dengan kebingungan, sepertinya dia mulai percaya kalau aku tidak berniat jahat.

"Ini, hanya ada ini yang aku bawa." Katanya sambil memberikan segelas air mineral kepadaku.

"Wah beneran nih mba gapapa? nanti mba haus gimana?" Tanyaku untuk meyakinkan, aku juga gaenak jadinya karena dia bilang hanya itu yang dia bawa. Tapi dia menjawab tidak apa-apa, jadi aku berterima kasih sekali lagi kepadanya dan langsung menggigit sisi gelas itu. Jorok ya? Hehehe maaf ya aku terbiasa meminum langsung dari gelasnya dibanding harus minum lewat sedotan.

Selagi aku minum, Perempuan di depanku ini seperti memperhatikanku dari bawah ke atas, lalu berhenti ketika dia menyadari kita sedang bertatap-tatapan. Karena aku juga ingin tahu kenapa dia bersikap seperti itu kepadaku, lebih baik aku meminta penjelasan darinya.

"Maaf nih, Mba kok tadi takut ya pas lihat saya?" tanyaku.

"Habisnya, setelah melihat kamu menonjok dua preman itu di kereta, saya jadi takut kalau kamu itu tukang cari masalah." Jawabnya. Sesuai dugaanku sih, tapi ada satu yang membuatku bingung. Yang menonjok kedua preman itu kan Leon, bukan aku, kenapa dia harus takut kepadaku?

"Ohh engga ko engga, itu saya justru yang sedang dalam bahaya kan, mba galiat waktu saya ditodong pisau ya? (Wanita itu menggeleng) hmmm, lagipula kan yang menonjok kedua preman itu Leon, bukan saya."

"Hah? Leon?" Tanyanya bingung.

"Iyaa, nih di.... " aku berusaha mencari Leon yang pasti belum jauh dari sini karena kami baru saja bertemu, tapi aku tidak dapat menemukannya.

"Ya pokoknya itu bukan akuu." jelasku.

"Apaan sih orang jelas-jelas itu kamu kok." katanya batu.

"Wkwk yaudah deh terserah kamu, masa cantik-cantik picek sih." ejekku bercanda.

"Yeee enak aja lo." Wkwk kupikir dia akan tersinggung, tapi sepertinya dia sadar aku hanya bercanda.

Tapi bener deh, masa dia liat itu aku? jelas-jelas itu bukan aku.

Sekarang kami berdua jadi canggung wkwk aku sengaja melambat-lambatkan tegukanku sambil mencari topik, atau mencari cara untuk berpisah dengan baik. Tapi samapi minumanku habis, aku masih belum menemukannya.

"Kamu darimana?" tanyanya duluan, alhamdulillah wkwk.

"Dari Tangerang mba." jawabku.

"Ah jangan panggil mba, berasa tua jadinya wkwk." Tapi emang aku ngeliat dia kaya lebih tua loh, yaa setidaknya 2 tahun lebih tua dariku. Walaupun senyumnya tetap sangatlah manis, manisan Rinta sih...

"Eh wkwk iya maaf, emang kamu umur berapa?" tanyaku.

"19."

"Tuh kan bener lebih tua dua tahun dariku wkwk gapapa dong aku panggil mba?"

"Loh kamu baru 17 tahun? aku kira udah 25 wkwkwkwkwkwk." Katanya sambil tertawa puas -_- menyebalkan.

"Bercanda-bercanda wkwkw yaudah santai aja, pake gue lu aja gapapa kan? soalnya gakebiasa manggil aku kamu selain sama pacar gue, lagian santai aja kali kan seumuran kita." Katanya, yah... ternyata udah punya pacar wkwk.

"Nyebelin lu." Jawabku sok-sok ngambek.

"Dih ngambek wkwk gausah sok sokan deh, jelek lu kalo ngambek wkwkw (aku tambah jengkel -_-). Eh tapi kan berarti harusnya sekarang lu lagi sibuk ngurus persiapan mos kuliah kan?"

"Iyasih, tapi numpung masih libur, gue pengen jalan-jalan dulu nikmatik masa-masa sebelum sibuk."

"Ohh emang kuliah di mana?" tanyanya.

"Alhamdulillah di Universitas di Solo mba."

"Jangan pake mba!!"

"Wkwkw iya iya maap keceplosan, abis berasa kating wkwk."

"Apaan sih orang beda universitas wkwk."

"Emang lu kuliah di mana?"

"Oh kalo gue di sini di Malang."

"Oalaah..." habis itu aku tidak tahu ingin menanyakan apa lagi, aku benar-benar payah dalam bersosialisasi wkwk.

"Sendirian aja di sini?" Tanyanya lagi, wah jarang-jarang ya cewe yang ngajak cowo ngobrol duluan, pikirku.

"Iyanih, lagi travelling sendiri aja." jawabku.

"Oalaah, kenapa ke malang?" tanyanya lagi.

"Hmmm gimana ya, ini salah satu tempat yang banyak menyimpan memori indah gue sama mantan gue..."

"Ohhh wkwk baru putus ya? jarang-jarang gue liat cowo segalau lu diputusin cewe. Biasanya Cowo malah langsung asik nyari cewe lain."

"Ya kalo cinta beneran mah beda... wkwk pengalaman pribadi ya?" godaku.

"Wkwkw enak aja lo. Gue juga sebenernya lagi galau, makanya ke sini."

"Makanya ke sini?" Baru liat orang galau ke museum -_-.

"Iya wkwk habis semenjak dulu cowo gue maksa gue naik ke menara itu (Katanya sambil menunjuk sebuah menara di belakangnya itu), disitu jadi tempat yang selalu bikin gue ketawa lagi. Ngebayangin gimana jailnya cowo gue maksa gue ke sana, dan gue teriak-teriak karena takut ketinggian wkwk."

Menara itu... Menara yang merupakan bagian dari museum ini juga, merupakan salah satu tempat yang indah juga untukku. Aku juga melakukan hal yang sama dengan Rinta. Ternyata bukan cuma aku yang suka ngerjain pacarnya ya wkwk kirain aku ini cowo Anti-Mainstream, taunya mungkin ada ribuan cowo sepertiku di luar sana... yang mungkin bisa membuat Rinta lebih bahagia juga...

C(R)INTAWhere stories live. Discover now