Demi keluarga kecilku, aku akan menahan semua rasa sakit dan sesak yang kualami ini.
Eldira Amy Emirl
Keluarga adalah suatu hal yang paling berharga untukku, aku akan selalu menjaga semua keluargaku.
Devian Henry Arst
Tentang perjuang sebuah keluarg...
Hari ini adalah hari terbahagia dalam hidupku. Bagaimana tidak, setelah 5 tahun berpisah akhirnya aku dapat menikah dengan tunanganku tercinta, Marcelo Henry Arst.
Oh tuhan, aku sungguh bersyukur karena sekarang aku telah resmi menjadi istri Arlo, panggilanku untuk Marcelo.
Sekitar 5 jam lagi, acara resepsi pernikahan kami akan segera dilaksanakan. Ada waktu 3 jam sebelum aku dirias kembali untuk acara resepsi.
Sungguh, walaupun aku merasa bahagia tapi tetap saja tubuhku terasa remuk. Tak lama Arlo datang dan kami menghabiskan menghabiskan waktu selama 3 jam ini, untuk bersenang-senang bersama.
ELDIRA POV END
✒✒✒
AUTHOR POV
Dira tampil begitu memukau dengan gaun warna putih gading tanpa lengan, model pendek di bagian depan dan panjang di bagian belakang.
Rambutnya yang disanggul dengan menyisakan beberapa helai anak rambut di dekat telinga menambah kecantikannya, juga membuat lehernya yang putih bersih nampak begitu mempesona menambah keanggunannya, juga memperlihatkan kaki janjangnya yang mempesona.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sedangkan Marcelo, memakai jas dan kemeja dengan warna yang sama, tak lupa juga dengan dasi kupu-kupu warna hitam menambah kadar katampanannya.
Tak hanya mereka saja yang memakai pakaian berwarna hitam, tapi juga para tamu undangan. Karena pada pernikahan ini, mereka mengusung tema Black and White sebagai dress codenya.
Tak terasa, 5 jam waktu yang dihabiskan untuk acara resepsi berlalu dengan begitu cepat. Para tamu undangan pun sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu.
Setelah acara resepsi selesai, Marcelo dan Eldira langsung pergi ke Bandara untuk kemudian berangkat ke paris dengan pesawat pribadi keluarga Arst dalam rangka liburan.
Namun sebelum berangkat, baik Eldira maupun Marcelo memutuskan untuk pamit kepada keluarga mereka terlebih dahulu.
Tak jauh dari mereka, tampak seorang wanita cantik berbalut dengan gaun warna putih sedang menggeram marah melihat kemesraan antara Marcelo dan Eldira.
"Kau telah menghancurkan segalanya Dira, tunggulah kehancuranmu sayang" ucapnya lirih sambil menggeram marah.
Skip...
3 Bulan Kemudian
Kabar bahagia menyelimuti keluarga besar Arst. Pasalnya saat ini menantu keluarga Arst, Eldira telah dinyatakan hamil 5 minggu. Setelah tadi pagi Dira ditemukan pingsan di kamarnya.
Promoted stories
You'll also like
Flashback on
"bi, dimana Rara?" tanya Hanara Putri Arst(Mami Marcelo)pada kepada Mayang(kepala pelayan) yang sedang memasak di dapur.
"maaf nyonya besar, sedari tadi saya belum melihat nyonya muda. Mungkin nyonya muda masih berada di kamarnya nyonya besar" jawab Mayang.
"baiklah, saya akan ke kamar Rara dulu. Selesaikan masakanmu!" titah Hanara yang kemudian dibalas anggukan oleh Mayang.
Usai mengatakan itu, Hanara pergi ke lantai atas atau lebih tepatnya kamar Eldira dan Marcelo. Sampai di depan pintu kamar, Hanara pun mengetuknya.
Tok... Tok... Tok...
"Rara, ini mami sayang boleh Mami masuk?" tanya Hanara lembut.
"Mam, tolong ak..ku" ucap Eldira lirih kemudian tak sadarkan diri.
Mendengar balasan dari Eldira yang terdengar lemah, Hanara langsung dirudung rasa panik dan khawatir. Dia langsung masuk ke kamar itu dan menemukan Eldira dalam keadaan pingsan.
Karena panik, Hanara langsung memanggil sopirnya untuk membantu memindahkan Eldira ke king bednya. Dan segera menghubungi dokter pribadi keluarganya, tak lupa ia juga menghubungi suami dan anaknya.
Tak lama kemudian dokter keluarga datang dan langsung memeriksa keadaan Eldira. Tak lama setelah kedatangan sang dokter, Hanung Aryo Arst(Papi marcelo) dan Marcelo tiba.
Flashback off
AUTHOR POV END
✒✒✒
MARCELO POV
Entah bagaimana perasaanku sekarang ini, rasanya begitu bahagia dan aneh. Disisi lain aku juga sangat merasa bersalah pada Amy, panggilanku untuk Eldira.
Rasa bersalah itu kian lama kian terasa nyata dan menyakitkan. Dan tentunya juga makin membuatku merasa sulit untuk bernafas setiap harinya.
Setiap harinya, aku selalu dibayangi rasa takut, jika seandainya Amy tahu apa yang aku lakukan di belakangnya selama dia belajar di New York.
Aku yakin begitu Amy mengetahuinya, hatinya pasti akan hancur seketika. Andai malam itu tak pernah terjadi, dan hatiku tak pernah goyah sedikit pun, juga bisa sedikit bersabar semua ini tak mungkin terjadi.
Karena itulah aku mengakui, jika semua ini terjadi karena ulah dan juga kesalahanku sendiri.
Flashback on
5 Tahun Yang Lalu
Saat itu usia Amy masih 12 tahun, sedangkan usiaku sendiri 18 tahun dan status kami adalah tunangan.
Seperti yang sudah orang tua kami rencanakan sejak kecil, jika kami akan menikah ketika Amy tepat berusia 17 tahun.
Masih muda memang, tapi dalam keluarga Amy itu bukanlah masalah untuk menerima pinangan dari keluargaku. Sekitar 2 bulan setelah kami resmi bertunangan Amy harus pergi ke New York untuk melanjutkan sekolahnya sesuai keinginan kedua orang tuanya sebelum meninggal karena kecelakaan.
Dan ini semua berawal dari titik dimana Amy pergi ke New York. Setahun setelah kepergiannya, Kalista May Carrot / Lista yang tak lain adalah sahabatku dan Amy mulai mendekatiku dan menyatakan perasaannya padaku.
Tentu saja, karena aku sangat mencintai Amy aku menolaknya. Beberapa hari kemudian, ia menjebakku pada saat aku tidak sengaja mabuk karena terlalu banyak minum di salah satu club malam terkenal.
Hingga akhirnya, aku terjerat olehnya dengan segala tipu dayanya. Tak lama setelah kejadian itu, secara tiba-tiba dia menemuiku dan berkata jika dirinya tengah hamil anakku.
Sontak aku pun kaget setelah mendengar berita itu, dan itu juga yang menjadi awal mula penyesalan dan rasa bersalah tak berujungku pada Amy. Karena aku tak bisa lagi lepas dari jeratan seorang Kalista.
Tak terasa 9 bulan pun telah berlalu dan Kalista telah melahirkan seorang anak perempuan, yang ku beri nama Merrly Ainda Arst.
Nama keluargaku memang sengaja aku berikan kepada Mery panggilanku untuk Merrly, karena bagaimanapun juga Mery merupakan bagian dari keluarga Arst.
Walau begitu orang tuaku sangat menentang keputusanku untuk memberi nama keluarga pada Mery, mereka beralasan jika Amy sampai tau hal ini tentu akan sangat menyakitkan untuknya.
Setelah itu, Lista terus saja menjeratku dengan menghalalkan segala cara agar aku ada di sisinya secara terus-menerus. Ditambah dengan kehadiran Mery aku juga tidak mungkin bisa lepas dari tanggung jawab terhadap putriku.
Hingga aku pun memberikan mereka sebuah rumah yang cukup besar beserta beberapa pelayan dan juga beberapa mobil untuk mereka, dan juga uang bulanan.
Flashback off
"Apa yang sedang kamu lamunkan Arlo?" tanya Amy sambil tidur di pahaku. Itu lah kebiasaanya ketika sedang bersamaku sejak dulu, pertanyaan Amy barusan seketika membuatku tersadar dari lamunan panjangku.
"Aku tak melamunkan apapun Amy, kamu tak perlu khawatir" ucapku lembut namun tegas agar Amy mengerti.
"Bagaimana kabar baby kita hari ini?" tanyaku padanya sambil mengelus perutnya yang masih rata.
"Baby baik, kamu tak perlu terlalu khawatir, Arlo" jawabnya lembut.
Inilah Amyku sejak dulu hingga sekarang, ia selalu berbicara dengan lembut dan ia juga tak bisa marah terlalu lama dengan orang yang ia sayangi termasuk aku.
Tak lama ku dengar denguran halus dari Amy, aku pun memindahkan kepala Amy ke bantal dan menyelimutinya.
Lalu aku pun ikut tidur dan berjelajah ke alam mimpi di samping Amy.
Kring... Kring... Kring...
"Siapa yang menelponku di pagi buta seperti ini, sungguh mengganggu tidurku saja" gerutuku dalam hati.
Kulihat jam dinding baru menunjukkan pukul dua dini hari. Lalu aku pun mengangkat telponku.
"Halo"
"..."
"Ada apa?"
"..."
"Baiklah aku akan kesana sekarang"
"..."
Setelah selesai, aku pun segera memutuskan sambungan telpon yang ternyata berasal dari Lista yang mengatakan bahwa Mery sakit dan kini mencariku.
Setelah itu aku langsung mengambil jaket dan kunci mobil lalu pergi, tapi sebelum itu aku menyempatkan diri untuk sekedar mencium kening Amy.
"aku pergi Amy" ucapku lirih setelah mencium keningnya.
MARCELO POV END
✒✒✒
ELDIRA POV
Sebenarnya saat Arlo mengangkat telpon tadi aku sudah terbangun dari tidurku, tapi aku tetap menutup mata.
Tak lama setelah Arlo mengakhiri panggilan ia mengambil jaket dan kunci mobil, tak sengaja aku melihat raut khawatir di wajahnya.
Sebelum pergi dia menyempatkan untuk mencium keningku.
"aku pergi Amy" ucapnya lirih.
Aku tau siapa yang menghubunginya tadi, dan jika aku mengingatnya hanya akan membuat diriku bertambah sakit hati saja.
Ditambah ucapannya tadi membuat hatiku hancur untuk ke sekian kalinya karena hal yang sama yaitu Kalista, sahabatku yang telah ku anggap sebagai kakakku sendiri.