The Prince and Me

229 4 2
                                    

(Hanya cerita ringan tanpa konflik berarti. Jika di antara teman-teman ada yang menginginkan cerita dengan konflik yang berat harap segera tutup lapak ini. Karena semua tulisan saya rata-rata konfliknya ringan, menye-menye, tidak seperti punya sebelah. Jadi daripada nanti ujungnya Komen “duh, kok gini banget yah.” atau mungkin, “Kok ini begini sih,” nah kan daripada ada yang Komen begitu mending jangan dibaca. Karena sudah Saya ingatkan dari awal. Dan asal kalian tahu, membuat cerita tidaklah mudah. Saya bahkan menghabiskan waktu seharian penuh untuk merampungkan cerita ini (4617 kata) termasuk cuap-cuap. Saya juga tidak akan menuntut kalian yang sudah baca untuk meninggalkan Votementnya, sama sekali tidak. Kalian mau kasih bintang, ya saya akan sangat berterima kasih sekali berarti kalian menyukai cerita yang saya buat. Begitu juga dengan yang meninggalkan komennya. )

Ah ya, cerita ini terinspirasi dari film Hollywood dengan judul yang sama. Tapi tidak sama persis ya, hanya judulnya aja kok. Idenya tetep punya saya 😁
Okey, happy reading! 

*
*
*

“Bisakah kau berhenti dari semua permainan gilamu?”

“Permainan gila apa yang kau maksudkan?”

“Tsk, jangan berpura-pura bodoh Athafariz Andreas. Kau tahu maksudku!” Athena mendengus melihat seringai tipis tersungging di sudut bibir tipis pria di depannya.

Kalau kau ingin aku berhenti dari semua permainan ini, baik, aku akan menurutinya tapi dengan syarat, bagaimana?”

Apa yang kau inginkan?” Athena tahu berdiskusi dengan putra tunggal keluarga Andreas selalu menghitung untung dan rugi, seperti bisnis. Tapi biar bagaimanapun Athena sudah berjanji akan membuat Atha kembali, menjadi Atha yang di kenalnya dulu.

Aku ingin kau menemani di setiap malam-malamku,” Atha kembali menyeringai melihat raut terkejut yang ditunjukkan Athena. Ia yakin bahwa gadis yang sudah dikenalnya lebih dari sepuluh tahun ini sangat mengerti maksud dari kalimat yang baru saja di ucapkannya.

Kau mau?

Athena memejamkan mata sejenak sebelum menjawab dengan mantap, “ Jika hanya dengan cara itu kau mau berhenti dari permainan gilamu, maka akan aku lakukan. Tapi apa aku bisa pegang kata-katamu tadi?"

“Tentu saja. Pantang bagiku untuk menarik apa yang telah aku ucapkan sebelumnya.”

“Baik. Aku akan datang ke tempatmu malam ini, tepat jam 7. Sekarang aku harus pergi, sampai jumpa nanti malam, Atha.”

Sebenarnya Atha cukup terkejut dengan jawaban yang dilontarkan Athena. Ia tidak menyangka jika gadis itu akan langsung menyetujuinya. Tapi bukankah memang ini yang diharapkannya sejak lama? Bisa memiliki gadis berparas manis tersebut. Maka ia pun tidak akan membiarkan Athena jauh dari jarak pandang serta jaungkauan tangannya.

*
*
*

Atha tersenyum kecil ketika mengingat —lagi— percakapan mereka tiga bulan lalu. Percakapan yang menguntungkannya —menurutnya— karena sejak saat itu ia tidak barang sedetikpun membiarkan gadis yang bergelung dalam dekapan dan berselimutkan hangat tubuhnya pergi tanpa dirinya. Apakah ia terdengar posesif? Biar saja, Atha tidak akan peduli. Karena baginya ini kesempatan langka mendapati Athena Putri Widiatomo langsung menuruti permintaannya, tanpa negosiasi alot seperti biasa jika mereka mendiskusikan sesuatu.

Bukankah sungguh sesuatu mendapati Athena yang terkenal pakar negosiasi langsung setuju tanpa banyak pertanyaan? Kesempatan yang tidak akan datang kedua kali. Dan tentunya Atha tidak akan menyia-nyiakannya.

The Prince And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang