0 Prolog

766 42 32
                                    


Jam dinding telah menunjukkan pukul sebelas lewat empat puluh enam menit dan seharusnya kedua ibu dan anak ini sudah berada di kamar masing-masing untuk beristirahat. Tapi yang malah mereka lakukan adalah duduk berhadapan, saling melemparkan tatapan sengit.

"Tal..."

"Ma..."

Gina yang merupakan sang mama dari anak tunggalnya itu mendengus kesal sambil menunjukkan foto-foto yang ada di tangannya. "Udah Mama bilangin, kamu harus pilih salah satu di antara mereka."

"Udah dibilangin, Talia nggak mau. Maksa amat, sih!" Gerutu anak bungsunya itu. "Talia masih SMA, Ma. Nggak ada waktu buat pacaran."

Wajah Talia sudah berlipat-lipat seperti roti sobek, hanya karena mamanya yang masih getol menjodohkannya dengan anak teman-temannya.

Sebenarnya Gina memang sudah menanti-nanti anaknya ini untuk cepat menemukan cinta saat baru masuk SMA. Tapi, penantiannya yang sudah sekitar dua tahun masa SMA anaknya, Talia belum juga mengenalkan seorang pun cowok sebagai pacarnya ke rumah.

Dan akhirnya ini membuat Gina khawatir lalu bertindak untuk mencari sendiri calon-calon yang pantas untuk anak semata wayangnya ini.

Seperti yang di lihat, Talia benar-benar terganggu dengan Gina yang mencampuri kehidupan cintanya.

"Justru karena kamu masih SMA makanya perlu pacaran!" Tegur Gina. "Nanti kalo kamu tiba-tiba udah lulus aja, ntar nyesel nggak pernah ngerasain pacaran."

"Ma, habis sekolah ntar Talia kuliah. Pasti banyak ketemu cowok di sana. Kenapa nggak sabar aja sih?" Ujar Talia yang masih tidak mau kalah dengan keputusan mamanya.

Gina menghela napasnya. "Tapi Mama ngerasa itu nggak cukup kalo belum ngerasain cinta masa sekolah, Tal. Kamu tau kan, Mama sama Papa dulu pacaran dari SMA kelas–"

"Oke-oke, Ma, stop. Talia udah tau ceritanya. Ribuan kali Mama cerita itu."

"Nah, terus kenapa kamu nggak tertarik buat mulai pacaran? Jarang lho, ketemu orang tua yang ngizinin anaknya pacaran."

"Iya, orang tua Talia kan rada aneh," gumam cewek tersebut di sela mamanya berbicara.

"Heh, apa kamu bilang?" Tegur Gina yang ternyata mendengarnya. Talia langsung menggeleng cepat dan cuma bisa nyengir kuda.

Gina menghela napasnya menyerah. Percuma ingin di beritahu bagaimana pun, anaknya ini keras kepala sekali kalau di suruh cari pacar.

"Nanti kalo kamu udah siap milih, ntar bilang ya. Mama udah capek," ucap Gina akhirnya sambil membereskan foto-foto cowok yang berserakan lalu memasukkannya kembali ke dalam amplop cokelat yang bertuliskan 'Calon Jodoh Talia'.

"Ih, Mama! Talia udah bilang nggak suka sama cowok."

Gina langsung melotot kaget mendengar apa yang dikatakan Talia. "Kamu... nggak suka... cowok?" Ujarnya begitu pelan nyaris tidak terdengar. "Apa kamu... les–"

Kali ini gantian Talia yang melotot sambil menggeleng cepat. "Subhanallah, Mama. Nggak, Talia masih normal. Maksud Talia, Talia nggak suka cowok-cowok yang di foto itu," ia menjelaskan. "Mama jangan berburuk sangka gitu, dong."

Gina langsung melepaskan napas yang ditahannya sejak tadi dengan perasaan lega. "Kamu sih, kalo ngomong tuh jangan setengah-setengah makanya," omel sang ibu yang jantungnya tadi hampir copot.

"Iya, Ma, iya. Lagian kalo emang Talia pengin pacaran dan siap, Talia bisa cari sendiri. Mama nggak harus ngumpulin foto-foto anak temen Mama biar Talia bisa milih," Talia berterus terang.

Mendengar ucapannya, wajah Gina langsung berhiaskan senyum yang begitu lebar dan bahagia. Membuat anak gadisnya itu sedikit merinding.

"Bagus, bagus! Mama akan kasih kamu kesempatan buat cari sendiri. Ah, Mama nggak sabar nunggu kamu ketemu cowok yang bakal jadi pacarmu! Yaudah, Mama tidur dulu, besok Mama harus kerja. Kamu tidur sana," celoteh Gina sebelum meninggalkan Talia duduk sendirian di atas sofa menatap heran ibunya itu yang terlalu bahagia.

Talia menguap lebar saking ngantuknya karena perbincangan yang begitu lama dengan sang ibu tadi.

"Berdoa aja, semoga besok nggak ketiduran di kelas," gumamnya.


***


Maaf kalo jelek banget. Ini pertama kalinya gue nulis nggak pake bahasa baku coyyy jadi mohon di maklumi ya wahai saudara2 q hehehehe

All my love,

Qq

AnticipateWhere stories live. Discover now