Chap. 1

348 59 63
                                    

Gadis itu duduk diatas lantai kayu yang membuat suasana ruangan itu klasik. Gadis itu duduk bersila, masih dengan balutan baju balerina itu. Jeanny merasa lelah dengan semuanya. Semua terasa sangat sulit untuk dilewati, terutama janjinya pada Dave.

Tak terasa air mata gadis itu sudah menetes, semua ingatan akan masa lalunya terasa seperti baru ia lalui, nyatanya ia salah. Dan sakit itu masih sama, sakit itu masih terasa sampai sekarang. Air matanya menetes lagi, kali ini lebih banyak. Jeanny menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Ia kacau.

"Kau baik?" Jeanny mengangkat wajahnya, pantulan seseorang itu berada dicermin besar yang berada tepat dihadapan Jeanny. Jeanny menoleh kearah belakang dan langsung menghapus jejak air mata yang jatuh sedari tadi.

"Um, a-aku baik." Ucap Jeanny, ia berusaha menunjukan wajah bahwa ia 'baik-baik' saja. Jeanny memberikan senyumannya pada lelaki itu.

"Aku melihat kau menangis tadi saat aku lewat didepan, apakah ada sesuatu? Kau bisa membagi cerita denganku." Ucap lelaki itu dengan nada simpati, Lelaki itu berjalan mendekati Jeanny dan duduk disebelah Jeanny.

Jeanny tersenyum. "Hanya teringat akan masa lalu, sir." Lelaki itu cukup berumur, setidaknya ia bisa menjadi paman Jeanny. Pria itu kembali tersenyum.

"Namaku Des." Des memperkenalkan diri pada Jeanny. "Aku Jeanny. Senang bertemu denganmu, sir." Mereka menatap kearah depan dengan tatapan kosong, menikmati kesunyian tempat ini. Mereka tenggelam dalam masalah hidup mereka sendiri, hingga akhirnya suara gaduh membawa mereka tersadar kembali.

Suara berisik dari meja yang digebrak membuat mereka berdua menoleh kebelakang. "Kau bilang kau menemani Lily latihan, tapi nyatanya kau disini dengan simpananmu, brengsek!" Jeanny dan Des berdiri, Des berjalan mendekati lelaki itu.

"Kau kurang ajar Harry! Aku ayahmu! Dia bukan simpananku!" Des menggretak, Jeanny menatap kedua mata hijau itu yang mengagumkan, tapi sayangnya lelaki itu cukup brengsek.

"Aku bukan simpanannya sialan!" Ucap Jeanny cukup emosi, masalahnya membuat ia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri. Harry menatap Jeanny, hijau itu menggelap. Harry menatap tajam Des lalu berlalu pergi membuat Jeanny menghembuskan nafasnya, setidaknya ia tidak perlu berdebat dengan Harry.

Des berjalan mendekati Jeanny yang sedang menunduk. "Maafkan anakku, ia memang kurang ajar, aku harus pergi sekarang.." Jeanny tersenyum sebagai jawaban, Des berjalan menjauh dan akhirnya keluar. Jeanny memutuskan untuk mengganti bajunya dan pulang.

Jeanny berjalan keluar dari ruangan latihan setelah ia sudah selesai mengganti bajunya. Hari ini cukup melelahkan, Jeanny keluar dari gedung dan berjalan menuju tempat pemberhentian bus. Ia duduk dikursi yang sudah disediakan, pandangannya kosong.

Sebuah Mobil mewah berhenti tepat didepan Jeanny, memaksanya untuk melihat siapa orang itu, sampai akhirnya kaca mobil itu terbuka. "Kau gadis murahan, menjauhlah dari Des! Des membayarmu berapa, hah?!" Harry. Lagi. Jeanny menghembuskan nafasnya dan menatap hijau itu dalam berharap tatapannya berhasil membunuh Harry.

"Kau lelaki brengsek! Aku bukan gadis murahan dan Des tidak membayarku dan satu lagi aku bukan simpanan Des!" Rahang Harry mengeras, ia terbakar oleh emosinya karena Jeanny mengatai dirinya adalah lelaki brengsek. Sedangkan Jeanny berjalan meninggalkan Harry yang masih disana. Sialan, karna pria brengsek itu aku harus berjalan kaki. Batin Jeanny.

Jalanan malam ini cukup sepi dan gelap, membuat Jeanny merasakan bulu kuduknya berdiri. Imajinasinya berkeliaran tak beraturan membuat dirinya sendiri bergidik ngeri.

"Hai cantik." Ucap preman mabuk yang keluar dari gang kecil nan sempit, Preman itu menggengam tangan Jeanny dengan erat. Dan sialnya dua orang yang Jeanny asumsikan sebagai temannya keluar dan mereka juga mabuk.

Jeanny berusaha tetap berjalan meninggalkan pria-pria mabuk itu meskipun tangannya ditahan. "Tunggulah sebentar sayang." Jeanny mendorong pria mabuk yang pertama, tenaga Jeanny sama sekali tidak sebanding dengan tenaganya.

"Pergi kau bajingan!" Teriak Jeanny, ia hanya berharap seseorang datang dan menolongnya. Walaupun kemungkinan besar tidak akan ada orang yang akan membantunya. Tetapi semuanya berubah, suara knalpot motor membuat Jeanny merasa ia memiliki harapan, meskipun sedikit.

"Dia sudah bilang pergi brengsek!" Teriak seseorang membuat Jeanny menghadap kebelakang. Pria-pria mabuk itu terkekeh.

"Kau.. Siapa?" Ucap pria mabuk kedua sambil menunjukan seringaiannya yang membuat Jeanny memutar matanya malas. Pria dengan mata Hazel itu datang lalu mendaratkan tinjuannya pada mereka semua. Jeanny tampak kaget melihat Si hazel itu. Semuanya terkapak dijalanan, kecuali satu yang berdiri dibelakang Si hazel. Hal itu membuat Jeanny mengambil kayu yang berada disamping jalan lalu melayangkan pukulan itu pada Si brengsek itu.

"Sialan kau gadis murahan." Ucap pria brengsek itu sebelum akhirnya ia jatuh terkapar. Jeanny melihat kearah Hazel, tampak bibirnya yang robek dan terdapat beberapa lebam diwajahnya. Jeanny berjalan mendekati Hazel.

"K-kau..," Jeanny menyentuh luka lebam diwajah Si Hazel. "Maaf, aku akan mengobati lukamu." Ucap Jeanny cepat.

* * *

Jeanny mulai mengobati luka pria itu. Sesekali pria itu meringis karena Jeanny terlalu menekan luka diwajahnya. "Sudah. Terimakasih karena sudah menolongku." Jeanny menunduk karena merasa bersalah telah membuat wajah lelaki ini lebam.

Pria itu menarik dagu Jeanny, membuat mata mereka bertemu, Zayn terpaku dengan warna mata Jeanny. "Aku Zayn Malik." Jeanny tersenyum, ia terus mengucapkan nama itu, entahlah.

"Aku Jeanny Arthes. Kau bisa menginap malam ini, mengingat kondisimu yang tidak memungkinkan." Ucap Jeanny. "Baiklah, terimakasih."

Jeanny memutuskan untuk duduk disebelah Zayn yang sedang menonton acara televisi setelah ia sudah menaruh obat-obat pada tempatnya semula. Zayn dan Jeanny tertawa bersama-sama karena acara televisi, mereka sudah mulai saling mengenal dengan baik karena selama mereka tertawa mereka juga saling bercerita tentang diri mereka sendiri dan tentang hal-hal lainnya.

Menurut Jeanny, Zayn adalah orang yang seru untuk diajak bercanda. Ia sangat humoris, ia baik, perhatian, tampan dan satu lagi. Ia berhasil membuat Jeanny jatuh hati.

Sedangkan menurut Zayn, Jeanny adalah gadis yang cantik, murah hati dan baik. Bahkan hampir segala sikap positif berada didalam diri seorang Jeanny. Bahkan, Zayn tertarik akan seorang Jeanny setelah sekian lama ia menutup hatinya serapat mungkin.

Tak terasa Jeanny mulai terlelap dipundak Zayn, membuat Zayn mengelus puncak kepala Jeanny. Aku jatuh padamu Je. Batin Zayn. Wajah tenang Jeanny membuat Zayn juga merasa tenang. Zayn merasa bodoh karena dengan mudahnya ia bisa jatuh pada gadis yang baru ia kenali, tapi kepribadian gadis itu membuatnya terpanah dan menggilainya. Jeanny.

A/n :

Haii, moga kalian semua suka ya sm ff baruku.. Hihi 😊, masih baru sihh dalam tulis menulis,jadi ya ... Gitu masi ga bener, mungkin critanya gaje, tijel, freak dan lain lain. Tapi ya gitu.... Namanya jg masi baru hihi.... Aku usahain yang terbaik :)

Vomment(s) ya beb... Kasi kritik saran jg gapapa, malah seneng. :)

-path :)

Mrs. ComebackWhere stories live. Discover now