***

4.6K 162 245
                                    

"Arii ... bisa minta tolong beliin pembalut, nggak?"

Viny, yang barusan bersuara merengek sambil menarik-narik baju gue saat ini tengah menatap dengan penuh pengharapan.

"Bentar, bentar. Apaan tadi? Coba ulang," pinta gue, serasa nggak yakin sama yang barusan gue denger.

"Nyebelin, deh." Dia cemberut. "Beliin Pembalut bentar ... aku lagi anu ..." kata doi pelan agak malu-malu.

Lho, kok malah jadi sok imut ini cewek. Tadi galak.

"Ya udah, iya, sini." Gue ngulurin tangan. "Mana uangnya?

"Pake uang kamu dulu kenapa. Ribet ini, udah sana pergi!" usirnya mengibas-ngibas tangan.

Mau nggak mau, gue pun pergi ke minimarket Alfimarried yang posisinya bertetanggaan sama rival-nya si Andimarried. Lebih tepatnya di seberang rumah gue.

Gue melangkah buru-buru ke sana buat beli Pembalut pesanan my honey alias Viny.

Pembalut yang gua cari itu iklannya sering banget muncul di tv-tv. Bunyinya gini: "Anti kerut anti bocor, numpak pit. Crambb ...."

Sesaat setelah sampe. Gue pelan-pelan mengatur nafas supaya normal sebelum memutuskan berjalan dengan membusung dada saat masuk Alfimarried. Sok santai, seolah nggak ada beban, malahan bisa dibilang gerakan gue pelan banget. Udah kayak slowmotion.

Pokoknya nenek-nenek yang kesehariaannya selalu bawa tongkat Golf kalah selow.

Pelan-pelan gue coba melangkahkan kaki kanan memasuki pintu, seperrrrrrrsekian detik. Sepelan mungkin. Sampe-sampe mbak-mbak yang bukain pintu jadi ikutan slowmotion. Bukan gerakannya, tapi cara ngomongnya: "Se-la-mat Da-ta-ng Ka-ka ...."

Oke, aman. Akhirnya gue sampe juga di dalem ruangan dingin ber-AC yang banyak stand-stand makanan dan juga kebutuhan lainnya di sini.

Gue langsung aja buru-buru ke meja kasir karena nggak mau basa basi.

Gue gebrak meja kasir! Suaranya kenceng. Sampe-sampe keliatan banget itu mbak penjaganya kaget. Niatnya tadi gue mau ketawa, tapi sialnya gue juga kaget gara-gara ngeliat dia kaget. Kenapa gue gebrak meja? Entah, naluri aja gitu, nggak tau kenapa tiba-tiba jadi pengen.

Bodo amat dah dilihatin sama pengunjung lain, yang ada di pikiran gue saat ini cuma satu: mau tanya tapi malu, nggak tanya pun hasilnya sama, malu. Serba salah!

Gue noleh kanan kiri, majuin kepala ke arahnya kemudian bertanya dengan suara pelan, "Mbak, stand pemalut di mana, ya?"

"Apa mas? Jangan bisik-bisik," selanya enteng.

Eh, si anying!

Itu suara nggak bisa dikondisikan apa gimana? Pengen banget kayaknya menjelekan nama jelek gue di depan pengunjung lain.

"Stand pembalut ... stand pembalut untuk cewek, di mana?" bisik gua lagi. Kayaknya masih aman.

"Ha? Apa mas? Pembalut? Mas mau pake Pembalut?"

Fix. Ini orang memang kampret. Sekarang ngapain coba dia malah mandangin gue dari ujung kaki sampe kepala.

"Jangan mirik macem-macem, Mbak. Gue colok itu mata lama-lama. Di mana, buru! Cewek gue lagi bocor."

"Ditambal aja, Mas, pacarnya," candanya santai. Sambil cengar-cengir.

"Cangkeman! Tak DORR ndasmu malah! Buruan!" sentak gue. Ini kasir udah kayak anak kecil aja, diemin jadi ngelunjak.

PEMBALUT-Viny [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang