Kenangan Terindah (1)

71 3 0
                                    

        Tiinn... Tiinnn... Tiinnn...

Suara klakson sepeda motor Rizky terus berbunyi tanpa henti. Dia sengaja melakukan kegaduhan itu, di depan rumah Ayunda.

"Baaweelll... Keluar dongg!!" teriak Rizky sambil merapikan rambutnya.

Dari dalam kamar, Ayunda membuka tirai jendelanya. Setengah memicingkan mata, ia melihat sosok yang tak asing baginya, berdiri di depan rumahnya.

"Dia lagi, dia lagi.."

"Well, Baweeelll.. kamu pilih keluar atau aku yang masuk kamarmu??"

Mendengar teriakan Rizky yang kedua, Ayunda pun terpaksa keluar dari istananya.

"Arek gendeng!!" (Anak gila!!)

Ayunda berdiri di depan pintu, dengan tatapan sinis.

"Mau ngapain sih, Cungkring? Di rumah lagi nggak ada orang, jangan ngasal deh."

"Gendeng-gendeng ngene seng penting ganteng." (Gila-gila gini yang penting ganteng).

Rizky mendekati Ayunda yang berdiri di depan pintu.

"Boleh masuk nggak??"

"Mau ngapain sih? Pagi-pagi udah berisik di depan rumah orang."

"Jalan yukk, Ay. Bosan nih, di rumah terus."

"Pancen arek gendeng." (Memang anak gila).

Ayunda menarik rambut Rizky.

"Kamu lupa?? Hari ini pengumumam kelulusan kita. Jadi lebih baik kita di rumah aja. Setuju??"

Rizky menggelengkan kepala. "Cepat bersiap atau aku gendong ke kamar mandi!!"

"Baiklah, tunggu 15 menit di sini. Aku akan bersiap.."

"Aku nunggu di dalam aja, sambil menghabiskan camilanmu."

"Nggak ada camilan!! Tunggu di sini, atau kita nggak jadi pergi??" pintahnya sebelum meninggalkan Rizky, yang berdiri mematung di depan pintu rumahnya.

Ayunda Ramadhani Putri. Dia dikenal sebagai sosok yang ceria dan bawel. Meskipun ia terlahir sebagai anak tunggal, namun hal itu tak membuatnya menjadi manja. Ayunda tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan sederhana.

Dia mengenal Rizky sejak duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya dari usai 7 tahun. Awal pertemuan mereka, diwarnai dengan pertengkaran dan perselisihan. Rizky Pratama, dikenal sebagai anak yang jahil dan sedikit nakal. Selama 6 tahun di sekolah, dia selalu mengganggu teman-temannya, termasuk Ayunda.

Selepas dari bangku sekolah dasar, Ayunda bisa bernapas lega. Ia juga berharap, tidak bertemu lagi dengan Rizky. Tapi sepertinya keberuntungan tak berpihak padanya. Mereka dipertemukan kembali dalam sekolah yang sama. Rizky juga melanjutkan pendidikannya di SMP Cendrawasih.

Seakan nonton film yang sudah tahu endingnya, begitulah yang terjadi pada mereka. Hampir setiap hari, pertengkaran demi pertengkaran mewarnai kehidupan mereka. Sikap jahil Rizky selalu berhasil membuat Ayunda naik darah. Hingga di satu titik, keadaan mulai membaik.

Ketika hujan turun begitu lebatnya, Rizky melihat Ayunda berteduh di pos satpam, sedang menunggu jemputan. Meski setiap hari selalu menjahili Ayunda, tapi dia tak tega melihat teman masa kecilnya sendirian di tengah hujan lebat. Dengan sikap sok jaim, Rizky menawarkan tumpangan pada Ayunda.

Sejak saat itu, mereka memutuskan untuk mengakhiri pertengkaran konyol mereka, dan menjadi sahabat. Sepertinya waktu menginginkan mereka menjalin persahabatan lebih dekat. Rizky dan Ayunda kembali bertemu di sekolah yang sama, SMA Nusantara. Hubungan mereka terjalain begitu natural dan apa adanya. Tanpa disadari, kini mereka memiliki panggilan spesial, Bawel dan Cungkring.

"Wooii.. ngelamaun aja sih," Ayunda menepuk pundak Rizky, "Sido nggak iki??" (Jadi tidak ini).

"Iya, tuan putri yang bawel," Rizky memandangi Ayunda dari bawah ke atas, atas ke bawah, "Kalau dilihat-lihat, hari ini penampilanmu sedikit lebih cantik, sedikit loh yaa.."

***

Rizky sangat memahami karakter sahabatnya, yang selalu memikirkan setiap hal secara berlebihan. Apalagi hari ini pengumuman kelulusan mereka, Ayunda pasti akan menghabiskan waktunya di kamar. Sebelum hal itu terjadi, Rizky lebih dulu menjemputnya, untuk menghabiskan waktu bersama.

Sepanjang hari, mereka hanya berputar keliling kota. Tak peduli dengan matahari yang terik, semua ini dilakukan agar Ayunda lebih rileks menanti pengumuman kelulusan. Karena tak ada yang lebih penting baginya, selain melihat sahabatnya tersenyum.

"Kyy.. ke sekolah yukk.." rengek Ayunda di atas sepeda motor.

"Besok aja ke sekolahnya, sama anak-anak."

"Kenapa harus besok? Sekarang aja yaa.. Please..."

"Buat apa ke sekolah hari ini?? Kemarin juga sudah diumumkan, hari ini nggak ada yang boleh ke sekolah.."

"Terus kita mau ke mana?? Aku capai, keliling nggak jelas kayak gini."

Mendengar Ayunda mengeluh, Rizky pun langsung menghentikan sepeda motornya.

"Aku akan membawamu ke tempat yang kamu sukai, sambil makan ice cream."

Setelah melihat Ayunda menganggukkan kepala, Rizky kembali mengendarai sepeda motornya. Perlahan tapi pasti, ia mengarahkan motornya ke daerah pesisir Surabaya. Rizky ingin mengajak Ayunda menghabiskan senja di Jembatan Suroboyo, yang berada di kawasan Pantai Kenjeran.

"Senja," Rizky menatap Ayunda penuh arti, "Ini kan yang kamu suka??"

Ayunda menganggukkan kepalanya. "Makasih yaa, kamu selalu tahu yang aku mau."

"Dan ini, ice cream favoritmu."

Rizky memang selalu tahu apapun tentang Ayunda. Namun hingga detik ini, tak ada seorang pun yang tahu, seberapa dekat hubungan mereka. Semua pertanyaan tentang mereka, selalu dikembalikan pada sang waktu.

"Cungkring.. Kamu akan selalu ada bersamaku, untuk menghabiskan senja kan??"

"Kamu meragukanku??" Rizky kembali menatap Ayunda, "Aku selalu bersamamu. Bukan hanya untuk melewati senja, tapi dalam kondisi apapun. Aku ada untukmu."

"Janji yaa??"

"Aku janji, Bawel. Setelah menyelesaikan kuliahku di Jakarta, aku akan kembali dan mengajakmu ke sini untuk menghabiskan senja, sambil naik kereta gantung."

"What?? Seriuusss, kamu kuliah di Jakarta," muka Ayunda berubah seketika, "Berarti kita bakal pisah dong. Katanya mau menemaniku dalam kondisi apapun."

"Sejauh apapun jarak memisahkan kita. Tak akan pernah bisa membuat kita berjauhan. Karena kasih sayang yang tulus di antara kita, akan selalu menjaga kita dalam ikatan tali persahabatan."

Ayunda terdiam mendengar ucapan Rizky, yang ternyata selama ini hanya menganggapnya sebagai sahabat. Ingin rasanya ia berteriak pada senja, bahwa sebenarnya ia menyayangi Rizky lebih dari sahabat.

"Kenapa diam?? Kamu juga akan melanjutkan kuliah di Yogyakarta kan??"

"Iya. Tapi apa jaminannya sikapmu akan tetap sama, meski sudah tinggal di Jakarta??" Ayunda mengulum ice cream yang ia pegang, "Secara kan yaa, aku nggak ada di sampingmu. Terus kamu juga akan ketemu teman-teman baru, yang lebih cantik dari aku."

"Yang lebih cantik dari kamu?? Banyak kali Weell, banyak banget malah. Di sekolah aja yang lebih cantik banyak, apalagi di Jakarta." Rizky membelai lembut rambut Ayunda.

"Terus.. terus.. aja Kyy.." Ayunda manyun, "Ngeledekin aku sampai suksess..."

"Tapi nggak ada yang bisa ngertiin aku sebaik kamu, sayang.." Rizky mengusap ice cream yang belepotan di bibir Ayunda.

"Ohh, yaa.. Sayangg?? Sayang sebagai sahabat kan??" tegas Ayunda.

Rizky hanya tersenyum mendengar pertanyaan sahabatnya. Karena ia telah menyerahkan semuanya pada sang waktu. Biarkan waktu yang menjawab, ke mana rasa sayang itu akan berlabu.

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa mereka telah menghabiskan senja bersama, hingga malam menyapa. Rizky dan Ayunda masih tak beranjak dari jembatan penuh kenangan itu. Mereka menghabiskan malam ini ditemani dengan Air Mancur Menari.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak dalam Senja yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang